Taman Nasional Lorentz terletak di 2 Propinsi yaitu Propinsi Papua tepatnya di Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Paniai dan Kabupaten Merauke serta Propinsi Papua Barat di Kabupaten Fak-Fak. Kawasan ini dahulunya masih berstatus Cagar Alam, baru setelah dikeluarkannya SK Menteri Pertanian pada tahun 1978 , kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional seluas 2.150.000 hektar yang kemudian diperluas lagi pada tahun 1997 sehingga luasnya menjadi 2.505.600 hektar.
Pada tahun 1999, Taman Nasional ini ditetapkan menjadi situs warisan dunia di Indonesia selain Taman Nasional Pulau Komodo dan Taman Nasional Ujung Kulon. Letak Taman Nasional ini membentang dari puncak gunung Jayawijaya dengan ketinggian 5.030 mdpl yang diselimuti oleh salju abadi hingga perairan pesisir pantai dengan hutan bakaunya di laut Arafura. Oleh karena itu tidak salah bila taman nasional ini merupakan perwakilan dari ekosistem terlengkap untuk keanekaragaman hayati di Asia Tenggara dan Pasifik.
Sebagian besar kawasan ini merupakan hutan yang belum terjamah oleh manusia alias masih alami. Sebanyak 34 tipe vegetasi berada di kawasan ini diantaranya hutan rawa, hutan tepi sungai, hutan sagu, hutan gambut, pantai pasir karang, hutan hujan, hutan pegunungan dan lainnya. Tanaman bakau dan juga nipah menghiasi sebagian besar sisi selatan kawasan ini.
Selain keanekaragaman floranya, fauna di taman nasional ini juga beranekaragam. Beberapa jenis mamalia seperti babi duri moncong panjang, babi duri moncong pendek, walabi, kucing hutan, 4 jenis kuskus, kangguru pohon. Selain mamalia, hewan yang paling digemari disini adalah spesies burung.
Di taman nasional ini terdapat kurang lebih 630 jenis burung (70% dari burung yang ada di Papua). Seperti Burung Kasuari, Megapoda, Kakaktua, Merpati, Burung Udang, Burung Madu dan yang paling langka dan dilindungi adalah burung surga atau Cendrawasih yang juga merupakan ikon dari Papua.
Keanekaragaman hayati di taman nasional ini diperkirakan berumur 30.000 tahun dan merupakan kediaman suku-suku disana seperti suku Nduga, Asmat, Dani Barat, Amungme, Sempan. Kemungkinan di taman nasional ini masih ada suku terpencil yang belum pernah berinteraksi dengan peradaban modern. Keunikan lain dari taman nasional ini adalah adanya gletser dan sungai yang menghilang beberapa kilometer di dalam tanah di Lembah Balliem.
Untuk mencapai ke lokasi ini, pengunjung bisa menggunakan pesawat perintis kota Timika menuju bagian utara taman nasional ini di kabupaten Paniai atau menuju ke bagian selatan di kabupaten Merauke. Selain pesawat juga bisa melalui kapal laut menuju pelabuhan Sawa Erma dilanjutkan dengan berjalan kaki dibeberapa lokasi.
Karena masih alami untuk akomodasi, pengunjung bisa membawa perbekalan yang cukup seperti tenda ataupun peralatan lainnya. Pengunjung bisa menggunakan gua ataupun dataran rendah untuk beristirahat.
Tidak ada komentar:
Siap menerima komentar, monggo...