Pages - Menu

Minggu, 30 Desember 2012

Filosofi yang terkandung dalam 'sapu lidi'

Sobat semua pasti mengenal sapu lidi. Ya, alat untuk menyapu pekarangan rumah atau tempat-tempat yang umumnya mayoritas terbuat dari tanah ternyata tidak hanya memiliki nilai fungsional saja. Sapu lidi memiliki nilai filosofis yang amat mendalam. Jika kita renungkan lebih jauh, sapu ini sangat erat kaitannya dengan PERSATUAN yang menimbulkan KEKUATAN. Anda mungkin bisa membayangkan betapa susahnya jika harus menyapu dengan satu batang lidi saja. Bukan hanya kita saja yang capek, namun bisa jadi lidinya patah. Tentu saja hal ini akan sulit dilakukan serta membuang waktu dan tenaga. Namun jika batang-batang lidi disatukan dan diikat menjadi sapu lidi, maka kotoran yang setumpuk pun akan dapat dibersihkan dalam waktu yang relatif singkat dan kerusakan minimal pada batang lidi. Oleh karena itulah memang betul adanya mengenai filosofi kekuatan bersama tersebut. filosofi terkandung dalam sapu lidi

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Begitulah bunyi pepatah kuno yang pertama kali kita dengar di bangku sekolah, bahkan sebagian dari kita justru sebelumnya. Filosofi sapu lidi mewujudkan pepatah ini, dimana satu ikat sapu lidi adalah manifestasi dari sebuah persatuan. Generasi muda penerus bangsa seharusnya dipahamkan dengan filosofi ini, bahwa sebuah perjuangan dalam mencapai tujuan tidaklah sempurna jika dilakukan seorang diri. Pelajaran hidup ini dapat kita aplikasikan dengan mengambil contoh perjuangan para pahlawan bangsa kita dalam merebut kemerdekaan Indonesia, terutama paska Boedi Oetomo dan Sumpah Pemuda. Jika tidak ada persatuan dari bangsa kita, maka tidaklah mustahil kita tidak akan merdeka dari penjajahan bangsa lain.

Sebagai makhluk sosial, tentunya kita tidak akan bisa berdiri dan hidup sendiri di dunia ini. Baik secara langsung ataupun tidak, kita akan membutuhkan orang lain dalam menghadapi dan menjalani hidup kita. Contoh yang konkrit adalah jika anda sedang duduk di meja makan, anda tidak akan dapat menikmati nasi jika tidak ada petani yang menanam padi. Lidi juga dijadikan simbol dalam berbagai adat di banyak daerah di Indonesia. Salah satunya adalah adat Sunda yang melakukan acara bakar lidi pada saat resepsi perkawinan. Makna pembakaran lidi ini adalah membuang sifat keras dan pemarah yang digambarkan sebagai lidi yang terbakar dapat lenyap sebelum seorang lelaki menjalin rumah tangga dengan seorang wanita.

Dalam bidang magis dan mistis, sapu lidi dipercaya memiliki tuah dan mampu mengusir makhluk jahat yang gaib. Ada juga yang mengatakan bahwa sapu lidi dapat digunakan untuk mendatangkan wangsit/petunjuk lewat mimpi jika digunakan sebagai bantal. Ada suatu kepercayaan pada masyarakat Jawa bahwa sapu lidi tidak boleh digunakan membersihkan pekarangan pada malam hari karena dapat mengundang mara bahaya. Namun tentu saja semua hal diatas tergantung kepercayaan anda. Demikian adalah ulasan singkat kami tentang filosofi sapu lidi. Semoga bermanfaat.


referensi : http://cerdasdanberbakat.wordpress.com/2012/01/16/filosofi-sapu-lidi/

Tidak ada komentar:

Siap menerima komentar, monggo...